Wednesday, October 22, 2008

Tetraphobia, Sebuah Tahayul


Sebagai warga Jogja aku memang sudah terlalu lama tinggal di Jogja. Suatu ketika aku dapat kesempatan berkunjung ke Jakarta dan diajak berkeliling melihat gedung-gedungnya yang tinggi. Saat memasuki salah satu gedung apartemen di kawasan Jakarta Barat aku agak terheran-heran melihat angka-angka lantai pada elevatornya. Pada elevator itu angka 4, mengandung angka 4 dan kelipatannya juga angka 13 hilang. Kemanakah raibnya angka-angka ini. Selama ini seumur-umur di Jogja aku hanya menemui elevator dengan angka lantai B, LG, G, 1, 2, dan 3, tidak pernah sampai angka empat. Aku akui memang aku itu ndeso. Heheheh

"Kok aneh sih, elevator ini tidak ada tombol untuk menuju lantai 4 dan kelipatannya" tanyaku heran.
"Angka empat itu menurut kebudayaan Cina berarti mati, jadinya seluruh bangunan tinggi di Asia menghindari penamaan lantai yang mengandung angka empat" jelas seorang wanita Tionghoa disamping aku.
"Oh gitu"

Karena masih saja penasaran aku coba tanya mbak Wikipedia, dan pernyataan itu dibenarkan oleh beliau. Menurut mbak Wikipedia, hal itu disebut Tetraphobia alias ketakutan terhadap angka 4. Kepercayaan tahayul ini banyak muncul di negara-negara Asia Timur seperti Cina, Jepang, Korea dan Taiwan. Tetraphobia dipicu oleh kesamaan bunyi bahasa Mandarin dari kata "empat" (四, pinyin: sì) dengan kata "mati" (死, pinyin: sǐ). Begitu pula dengan bahasa-bahasa Asia Timur lainnya, kata "empat" selalu berbunyi mirip kata "mati".


Memang yang namanya phobia apalagi tahayul itu sulit untuk dipikir secara logis. Bagaimana mungkin sebuah angka dapat menentukan nasib buruk atau bahkan kematian seseorang? Rasanya memang tidak masuk diakal. Tapi bagi yang mempercayainya, hal (tahayul) itu dapat dengan mudah untuk dibuktikan kebenarannya. Aku jadi inget waktu nonton The Skeleton Key ada tag yang lumayan kena banget yaitu "Fearing is Believing". Ketakutan itu akan selalui menghantui ketika seseorang mempercayainya. Mungkin itulah yang disebut sugesti alam bawah sadar kali ya.

Ada juga cerita lain waktu ibuku memutuskan hari untuk pulang setelah satu minggu lebih dirawat di RS akibat Typus. Beliau bilang kalo sebaiknya jangan pulang hari (Selasa ato Rabu ya?) sebab bisa bikin bala. Aku belum pernah denger tahayul itu sih cuek aja. Menurut aku tidak ada hubungannya dan tidak ada alasan rasional untuk menjelaskan tahayul itu. Apa yang membuat hari yang disebutkan beliau itu mampu mendatangkan musibah? Ya balik lagi sih, percaya nggak percaya aja.


Di jaman serba modern ini memang makin banyak aja orang yang tidak percaya tahayul seperti aku ini (ato makin berkurang ya?). Boleh aja sih nggak percaya, tapi bukan berarti bertindak gegabah. Tahayul aku rasa adalah bagian dari suatu budaya. Dan menghormati budaya lebih banyak mendatangkan manfaat dibanding kerugian. Jangan mentang-mentang nggak percaya tahayul terus cuek aja gitu pipis di Lawang Sewu. Wah, kalo kesambet nggak nanggung ya. Hehehehe

Oh iya, selain Tetraphobia ada juga Triskaidekaphobia yaitu takut terhadap angka 13. Ketakutan ini berkaitan dengan Jumat ke-13 (Friday 13th) dan lantai ke-13 (13th Floor). Tahayul memang tidak ada habisnya di dalam hiruk pikuk kehidupan di dunia ini. Mengenai Tetraphobia atau Triskaidekaphobia hanyalah secuil dari berbagai jenis phobia dan tahayul yang dialami manusia. Menurut mbak Wikipedia masih ada 90-an lebih jenis phobia dan mungkin ribuan lagi jenis tahayul. Wow!

3 comments:

  1. OOT: makasih ya atas awardnya, udah saya posting.
    oya, kamu dapat award juga dari saya. silakan diambil di http://antownholic.com/penghargaan-atau-award/

    ReplyDelete
  2. Good post, Ramon!

    phobia (apapun namanya) memang bentuk paling menarik dr kejiwaan, khususnya dgn yg gak lazim semacam Tetraphobia, phobia pd karet gelang, phobia sm ayam, phobia sm susu..tp sy percaya itu cm cara bawah sadar utk bertahan hidup.

    asalkan gak kayak temen sy aja..dia sdh 48 tp blm mau menikah pdhal pacar sdh ada...sy selalu bilang dia itu phobia komitmen, ;)

    ReplyDelete
  3. @astrid
    memang phobia itu disatu sisi menguntungkan juga merugikan. tergantung dari sudut pandang mana. phobia komitmen itu lazin terjadi kok mbak, saya pun sering mengalaminya

    ReplyDelete