Monday, September 15, 2008

Semarang, Fantastis Juga...


Dua hari sebelum 17an yang lalu, aku berkesempatan untuk singgah ke Semarang walaupun hanya selama sehari. Ternyata Semarang termasuk kota yang buat aku terkesima, lepas dari masalah polusinya yang bikin sesak nafas. Perjalanan menuju Semarang termasuk dalam kategori sangat menyenangkan. Aku sempat singgah ke Magelang dan Ambarawa untuk kemudian menyaksikan pemandangan-pemadangan kota dan alamnya yang memanjakan mata.

Perjalanan ditempuh dalam waktu kurang lebih 3-4 jam yang lumayan melelahkan, namun sebanding dengan keasyikannya. Sekilas Semarang layaknya kota Jakarta dengan megapolitannya. Semarang juga menyimpan pesona kota lamanya dengan Little Netherlandnya. Sebuah kombinasi yang unik dan mengherankan, dimana peninggalan budaya lama masih tertinggal seiring pembangunan kota yang pesat.

Salah satu landmark kota Semarang adalah Simpang Lima yang kini dikeliling oleh hotel-hotel dan mal-mal juga masjid yang menjadi pusat kegiatan perkotaan oleh masyarakatnya. Sepintas Simpang Lima tak ubahnya alun-alun kota Jogja, dimana terdapat lapangan luas di tengahnya. Akan tetapi fungsi Simpang Lima sesungguhnya adalah sebagai jantung kota Semarang dimana Jl. Pahlawan, Jl. Pandanaran, Jl. Ahmad Yani, Jl. Gajah Mada. dan Jl A Dahlan dihubungkan. Melalui tempat ini diharapkan pengunjung dapat dengan mudah menuju bagian lain dari kota Semarang.


Lawang Sewu juga merupakan objek yang begitu sering dikunjungi ketika seseorang mengunjungi Semarang, begitu pula aku. Gedung yang dulunya merupakan kantor Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij atau Badan Perkeretaapian Hindia Belanda. Kesan horor memang begitu lekat dalam bangunan ini karena telah lama terbengkalai tanpa renovasi berarti. Namun ketika kukunjungi, Lawang Sewu bukan merupakan tempat horor bagiku, Lawang Sewu adalah gedung dengan arsitektur indah dan merupakan bagian penting dari sejarah Indonesia. Sayang sekali keadaanya yang terbengkalai membuat gedung ini rusak disana sini. Jika pemerintah Semarang tidak segera bertindak untuk merenovasi gedung berusia 100 tahun lebih ini, aku ragu di masa datang gedung ini akan tetap berdiri.

Pernah ada wacana untuk menjadikan Lawang Sewu sebagai sebuah hotel atau museum. Aku rasa itu adalah ide yang sangat menarik. Lawang Sewu akan semakin terurus dan terawat dengan pemanfaatannya sebagai tempat layanan masyarakat. Akan tetapi sampai sekarang keadaannya masih terbengkalai sejak terakhir digunakan sebagai Kantor Wilayah (Kanwil) Departemen Perhubungan Jawa Tengah. Mungkin kesan horor dan angker lah yang menjadikan pemerintah gentar untuk memanfaatkannya, atau mungkin ada alasan lain yang belum aku tahu.

Di daerah Semarang bagian atas terdapat sebuah pagoda yang indah. Pagoda itu merupakan salah satu bukti pluralisme di Semarang, antara warga pribumi dan warga etnis tionghoa. Arsitekturnya begitu oriental, sejenak aku merasa seperti di dataran Cina. Tidak banyak yang aku lakukan disini, hanya mengambil beberapa foto dan menikmati keindahannya.


Sebelum pulang ke Jogja aku sempatkan untuk mengunjungi daerah Gombel. Disini terlihat jelas pemandangan indah kota Semarang dari atas bukit yang lumayan tinggi. Panasnya kota Semarang memang sedikit mengurangi kenyamanan menikmati pemandangan ini. Agaknya kota Semarang lebih terasa indah dan nyaman di waktu malam ketika lampu-lampu kota berkelip-kelip layaknya kunang-kunang.


Perjalanan pulang berlanjut dengan singgah ke Ambarawa yang juga bagian dari kabupaten Semarang. Museum Kereta Api adalah salah satu objek wisata favoritnya. Di Museum Kereta Api, aku melihat banyak koleksi kereta api uap tempo dulu dan benda-benda yang berhubungan dengan perkeretaapian peninggalan bangsa Belanda. Di museum ini dapat juga pengunjung menikmati wahana kereta api uap, namun ternyata biaya sewanya sangat mahal.

Referensi:
Wikipedia

1 comment:

  1. Well a nice article about Semarang. Semarang was in the dutch time an important business city. I hope you can have more pictures of the old building next time you come. Do you know that the richest chinese man in the dutch time came from Semarang (Oey Tiong Ham). Must be interesting to know more....

    ReplyDelete