Wednesday, September 24, 2008

Belittling


Manusia pada dasarnya tidak pernah lepas dari karakter adigang, adigung, adiguna. Ketika telah merasa berada pada peak position lantas merasa bahwa telah menjadi raksasa ditengah orang-orang kerdil. Sifat itu memang bagian dari suatu proses yang disebut pembuktian diri. Berada pada peak position memang merupakan usaha yang tidak mudah dan kadang penuh pengorbanan. Oleh karena itu manusia yang berada pada keadaan ini bisa dikatakan merasa telah melakukan pencapaian tertinggi.

Masalahnya dunia ini adalah degree on infinity, dimana tidak akan ada ujung atas segala sesuatu. Sementara manusia adalah tempat bagi segala sesuatu yang terbatas. Ungkapan diatas langit masih ada langit berlaku bagi semua orang dari berbagai derajat dan kalangan. Maka tidak tepat rasanya untuk berbangga diri ketika berpijak pada susuatu yang infinity. Apakah yang membuat seseorang merasa begitu hebat sehingga mampu meremehkan orang lain? Kehidupan adalah lomba lari yang tiada henti, meremehkan kompetitor berarti telah membiarkan diri berada satu langkah di belakang.


Sang Pencipta menciptakan manusia dengan segala potensi dan bakat yang diberikan untuk membuatnya unik. Kadangkala manusia dikatakan bodoh, tolol dan terbelakang ketika belum menemukan dan menggali potensi dan bakat yang dimilikinya. Hanya masalah waktu sebelum seseorang mampu untuk bekerja keras dan mengembangkan diri. Tidak ada manusia yang diciptakan 100% dengan kekurangan dan tiada pula yang diberkahi 100% kelebihan. Ingat saja Sang Pencipta selalu berbuat adil pada setiap mahluknya.

Ketrampilan, ilmu maupun kekayaan intelektual lainnya adalah kekayaan yang tidak pernah berkurang meski dibagi-bagikan kepada ribuan atau jutaan orang sekalipun. Pencapaian diri yang sebenarnya adalah ketika seseorang mampu untuk berkontibusi kepada dunia dan bemanfaat bagi orang banyak. Menjadi pelita di dalam kegelapan atau menjadi oase di padang pasir yang tandus. Bebangga diri yang berlebihan hanya akan menunjukkan pribadi kita yang lemah dan tak berdaya, karena sebenarnya hal itu hanyalah bagian dari perasaan untuk menutupi suatu kekalahan. Sebaliknya merangkul musuh dan belajar hal-hal yang baik dari orang lain akan membuat seseorang lebih kuat. Manusia adalah tempatnya segala kekurangan dan kelemahan.

Illustration from Corbis and Deviantart

2 comments:

  1. wah, ketertarikan psikologimu sekeren filosofi Zen!

    saya setuju banget dan merendah diri pd kehebatan sendiri sebetulnya mendatangkan ketentraman, cuma susahnya kebanyakan dari kita ogah melakukannya..;(

    ReplyDelete
  2. @astrid
    wah saya bisa mati kegeeran kalo ampe disejajarkan filosofi Zen...

    saya masih cuma bisa omong aja kok mbak

    ReplyDelete