Masih inget kasusnya Ratna Damayanti yang nangis-nagis menggugat cerai sebab suaminya udah nggak peduli dengan keluarga dan malah berselingkuh dengan wanita lain. Dia mengatakan bahwa atas perselingkuhan itu dia dihadiahi penyakit kotor oleh Rizky The Titan akibat berhubungan intim dengan banyak wanita. Terlepas dari berita itu benar atau salah, kasus itu merupakan suatu frame yang saat ini banyak ditemukan pada keluarga-keluarga muda di Indonesia. Pasutri dengan suami selingkuh yang kemudian istri menderita penyakit menular seksual atau bahkan terinfeksi HIV. Sungguh malang memang, di jaman yang katanya sudah menjunjung tinggi persamaan gender ini, keadaan seperti itu masih dapat dengan mudah dijumpai.
Malam ini, acara Kick Andy di MetroTV sedikit banyak membahas pula isu serupa. Dimana sang istri yang tidak tahu menahu apa-apa tiba-tiba saja harus menghadapi kenyataan dirinya mengidap penyakit akibat terinfeksi virus HIV. Belum lagi bayinya yang tidak berdosa memiliki kemungkinan lebih dari 30% untuk terinfeksi. Sungguh malang benar keadaan ini, hak manusia untuk bisa menikmati hidupnya dengan sehat telah ditindas oleh karena ketidakmampuan suami untuk menjaga diri dan pasangannya. Belum lagi, si jabang bayi yang kemungkinan besar terinfeksi juga harus menderita ketika baru beberapa detik datang ke dunia. Ketimpangan gender kadang memang menimbulkan keprihatinan luar biasa bagiku.
Saat ini resiko bagi istri untuk tertular PMS maupun HIV dari pasangannya cukuplah tinggi. Elizabeth Pisani penulis buku Kearifan Pelacur, seorang ex-wartawan Reuters yang hadir pula dalam talk show Kick Andy memprediksikan bahwa ada sekitar 60% suami yang terlihat baik-baik saja kelakuannya yang menggunakan jasa pekerja seks wanita bahkan waria. Untuk itulah keadaan ini perlu dicermati keberadaannya. Apakah terasa adil saat seorang istri lugu di desa tiba-tiba mendapat kabar suaminya sakit-sakitan oleh infeksi HIV dan mendapati dirinya beresiko tinggi? Memang saat ini kaum wanitalah yang banyak ditindas haknya dalam isu HIV/AIDS.
Oleh karena dapat disimpulkan bahwa untuk menghentikan penindasan atas hak-hak perempuan, perlu ditanamkan persamaan gender dalam penanggulangan kasus penyebaran HIV/AIDS yang semakin marak. Sudah saatnya istri diberi hak untuk mengetahui status kesehatan pasangannya lebih dini. Begitu pula para suami yang harus bersikap arif ketika memutuskan untuk menggunakan jasa pekerja seks yaitu dengan melindungi diri sendiri dan pasangan (memakai pengaman/kondom). Untuk pengguna narkoba suntik (injecting drug user) mulailah untuk tidak bersikap bodoh dengan membiarkan diri berada pada resiko tinggi akibat penggunaan jarum suntik bergantian. Penyebaran HIV/AIDS sebenarnya merupakan rangkaian kelalaian-kelalaian manusia untuk melindungi diri sendiri. Ketika seseorang terinfeksi HIV maka akan ada puluhan bahkan ratusan orang disekitarnya yang menjadi beresiko untuk tertular juga.
Salah satu kabar menggembirakan adalah ketika kudengar sudah ada female condom yaitu sejenis kondom yang didesain bagi wanita. Dengan female condom maka wanita diberi hak untuk melindungi dirinya sendiri atas penyebaran HIV/AIDS. Maka, bila pasangan maupun suami menolak untuk menggunakan kondom saat berhubungan seksual, wanita punya kewenangan untuk melalukan tindakan alternatif perlindungan diri, salah satunya adalah dengan menggunakan alat ini. Lebih menggembirakan lagi bahwa sekarang resiko bayi tertular HIV dapat ditekan hingga kurang dari 2% melalui program yang dinamakan Preventing Mother To child Transmission (PMTCT) atau program pencegahan penularan dari ibu ke anak. Tentunya program ini sangat membantu melindungi hak-hak anak-anak untuk sehat. Jangan sia-siakan generasi muda suatu bangsa dengan membiarkannya terinfeksi HIV. Program PMTCT perlu disosialisasikan lebih keras, agar nantinya tidak ada lagi bayi yang terinfeksi akibat perbuatan kedua (atau salah satu dari) orangtuanya.
Masalah HIV/AIDS adalah masalah kita semua, bahkan bagi yang tidak beresiko sekalipun. Untuk memberantas penyebaran virus HIV, perlu ditanamkan kearifan sosial. Bukan saatnya lagi mengkotak-kotakkan waria, pekerja seks, homoseksual dan pengguna narkoba sebagai penyebar HIV. Semua orang dapat terinfeksi HIV tanpa harus dibeda-bedakan perilakunya, orientasi seksnya, juga posisi sosialnya dalam masyarakat. Inilah saatnya mewujudkan toleransi dan solidaritas antara ODHA dan bukan ODHA, juga antara kelompok beresiko dan tidak beresiko. Sekali lagi HIV/AIDS adalah masalah global. Masyarakat perlu mendukung para ODHA untuk hidup lebih sehat dan mampu untuk mendapatkan kembali fungsi sosialnya. Salah satunya adalah kasus ARV yang saat ini mulai langka. Kasus ini harus dituntaskan oleh seluruh elemen masyarakat, karena ODHA juga adalah bagian dari masyarakat. Mereka juga adalah manusia.
Heran ya kenapa sih sekarang aku begitu sensitif atas masalah-masalah sosial yang ada disekitarku. Lihat Kick Andy aja sampe kebawa nulis artikel ini, hehehe...
Referensi :
Acara talk show Kick Andy
"KEARIFAN PELACUR" di Metro TV hari Jumat, 31 Oktober pukul 21.30WIB
Yayasan Spiritia
Wikipedia tercinta
Referensi :
Acara talk show Kick Andy
"KEARIFAN PELACUR" di Metro TV hari Jumat, 31 Oktober pukul 21.30WIB
Yayasan Spiritia
Wikipedia tercinta
Sumber gambar pasti dari Corbis lah