Saturday, November 01, 2008
Railfan : The Iron Horses Lover
Beberapa waktu yang lalu aku sempat posting tulisan mengenai sepasang railfan yang menikah diatas lokomotif yang berjalan lambat dari Stasiun Tugu ke Stasiun Lumpayangan di Yogyakarta. Komunitas railfan memang begitu eksentrik dan unik dalam mengekspresikan kecintaan mereka terhadap kereta api. Bahkan ada yang berjam-jam menunggu kereta api lewat di perlintasan rel hanya untuk mengagumi keberadaannya. Untuk yang satu ini aku memang pernah mengalaminya. Waktu kecil dulu, aku adalah seorang railfan sejati. Setiap pagi buta aku selalu merenget pada kakekku tercinta untuk diantar melihat kereta api melintas di bawah fly-over Lempuyangan.
Sejak mesin uap pertama kali ditemukan oleh James Watt dan lokomotif bermesin uap ditemuka oleh George Stephenson, kereta api telah menjadi sarana transportasi masal yang menyita perhatian. Alat transportasi yang terdiri dari lokomotif berserta rangkaian gerbong dan berjalan pada jalur rel ini langsung menjadi sarana yang efektif pada awal kemunculannya. Kereta api bahkan merupakan sarana yang membantu mobilitas bangsa Belanda untuk menaklukan tanah jajahannya, termasuk Indonesia ini. Seringkali aku memperhatikan banyak bekas jalur kereta yang nggak dipakai lagi di Jogja ini. Itu adalah bukti bahwa jaman dulu, kereta api itu fungsi dan perannya sangat besar.
Para pecinta kereta api biasanya memiliki alasanya sendiri-sendiri untuk hobinya ini. Secara gamblang, kecintaan mereka ini dapat diungkapkan melalui kegemaran memotret kereta api, melihat kereta api dan membuat model miniatur kereta api. Mereka sering juga mengunjungi bekas-bekas jalur kereta, menonton lokomotif bekas, dan ada pula yang gemar mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kereta api, misalnya sejarah dan konstruksinya untuk kemudian didiskusikan bersama. Ferroequinology (ferro: besi, equino: kuda, logy: ilmu) adalah istilah yang merujuk pada ilmu yang mempelajari perkeretaapian, khususnya lokomotif, para pembelajarnya disebut ferroequinologist. Di Indonesia sendiri Museum Kereta Api Ambarrawa merupakan surga bagi para railfan. Cukup unik memang melihat tingkah para railfan, kadang terkesan childish. Salah satu varian railfan adalah metrophile yang secara spesifik lebih cenderung pada subway atau kereta api bawah tanah. Menurut Wikipedia, ada seseorang metrophile bernama Darius McCollum yang berani untuk menyamar menjadi pegawai subway New York hanya untuk bisa mengemudikan kereta, memperbaikinya, dan membantu pekerja subway lain. Karena melanggar hukum akhirnya dia dipenjarakan.
Bagaimanapun juga hobi ini perlu mendapatkan aprsiasi. Menurutku orang yang dapat mengekspresikan ketertarikan dan minatnya adalah orang yang paling bahagia. Dan menjadi railfan aku rasa akan sangat seru dan menyenangkan. Railfan tidak berbeda dengan para pendaki gunung yang mencintai alam pegunungan. Mereka sama-sama memiliki ketertarikan yang sulit dipahami oleh pandangan awam. Apalagi jika mereka sampai mau mengeluarka berpuluh-puluh bahkan ratusan juta untuk membeli dan menyusun model kereta api yang mereka gemari. Tapi menurutku ini wajar saja kok, bila bicara masalah hobi, tidak ada hal yang terasa kelewatan. Vive Ferroequinophile!
Sumber gambar Corbis dan koleksi pribadi
Labels:
cool stuff,
indonesian,
personal journal,
psychology,
social interest
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
yoi, tapi kalo hobinya naik kereta yang di Indonesia ya capek juga ram. bukannya apa, banyak pengamennya itu loh. Tapi kalo ambil yang eksekutif atau eksklusif baru mantap.
ReplyDeletekereta jenis kedua yang saya sebutkan di atas itu, untuk jurusan jakarta-bandung tarifnya cuma 6juta. cuma gitu loh... hehehe
emang hobi itu mahal. fotografi misalnya. tapi menurut hemat saya selagi hobi itu baik dan mendatangkan manfaat di kemudian hari ya kenapa tidak?
@antown
ReplyDeleteiya memang kereta di indonesia kurang dirawat dengan baik, apalagi kereta ekonomi yang sangat nggak nyaman
tapi ada beberapa kereta yang bagus tapi nggak begitu mahal kok. kelas bisnis atau eksekutif mungkin hanya sedikit lebih mahal
tapi kalo buat aku ya tetep kereta ekonomi (kecuali ada yg bayarin).
saya sangat setuju kalo hobby itu mahal, hobby blogging saya ini sedikit banyak juga menguras dompet saya yg tipis, tapi kalo bermanfaat ya saya selalu usahain