Friday, August 01, 2008

Arus dan Jangkar


Aku menyadari bahwa selama ini aku telah melakukan begitu banyak perubahan dalam hidupku. Aku sering merubah cara berpikirku, keinginanku, seleraku, keputusanku dan pilihanku. Di satu sisi aku terkesan sebagai pribadi yang undetermined yang tak tentu arah, namun di sisi lain aku berusaha menjadi pribadi yang fleksibel. Hidup telah menjadi suatu hal yang begitu dinamis, kompleks dan tidak pasti. Sebagaimana ikan salmon yang melawan arus deras sungai, manusia harus mampu berjuang dan menyesuaikan diri terhadap ritme kehidupan yang kadang begitu cepat dan liar.

Begitulah manusia, melakukan perubahan layaknya siluman yang mampu berubah-ubah bentuk. Hal itu semata-mata dilakukan untuk mengejar suatu kemantapan dan kebahagian yang ada kalanya terasa begitu semu. Karena dengan begitu banyak perubahan dan begitu banyak fleksibilitas, seseorang telah kehilangan bentuk dan arahnya. Saat itulah ia tidak mampu untuk melihat, mendengar, merasakan atau bahkan menyebutkan apa yang sedang ia kejar.

Kadangkala perubahan menciptakan suatu ketidakpastikan yang begitu memilukan di dalam diriku. Aku seperti layang-layang yang telah terlepas dari benangnya dan terombang ambing oleh angin yang kencang sebelum akhirnya jatuh entah kemana. Kadang manusia memerlukan tempat untuk berhenti sebagai akhir dari tujuannya. Tempat dimana jangkar dapat ditanamkan di tengah arus sungai yang deras dan menyesatkan. Begitu pula aku, sampai saat ini aku begitu ingin membenamkan jangkar disuatu tempat yang nyaman sebagai akhir dan ketidakpastianku. Ketidakpastian itulah yang terus menyerangku dan menghalangiku untuk membuat suatu keputusan dan ketetapan sehingga jangkar itu tidak segera kupasang.


Kehidupan telah menjadi kegelapan abadi dan tujuan-tujuan dari kehidupan adalah beberapa pelita yang tampak kontras diantaranya. Manusia yang hidup di tengah kegelapan selalu mencari penerangan dalam pelita-pelita itu. Kadang letaknya begitu jauh layaknya bintang yang berkelap-kelip dengan nakalnya. Untuk meraihnya aku perlu sebuah pedoman untuk memberiku petunjuk berupa suara-suara merdu yang menenangkan hati. Dengan itulah aku mampu dengan mantap mengarungi arus kehidupan hingga akhirnya aku berhenti untuk menanamkan jangkar. Mungkin kebahagiaanku beribu mil jauhnya, namun dengan keyakinan hati kebahagiaan itu dapat menjadi begitu dekat. Yang perlu aku lakukan hanyalah membuka mataku, telinga dan hatiku seluas-luasnya.

1 comment:

  1. hmm nice blog... mampir ke blog saya kl pas lewat..
    kl mau klik iklan diblog saya, sy ucapkan Matur Thanks

    ReplyDelete